PANGAN ALTERNATIF DALAM MENGATASI MASALAH ANEMIA PADA IBU HAMIL DAN KENDALA TEKNIS MAUPUN SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN PANGAN ALTERNATIF TERSEBUT
Tugas ini merupakan komentar terhadap berbagai pendapat mahasiswa S-0 IKM Unair dalam mengajukan beberapa pangan alternatif dalam mengatasi permasalahn anemia ibu hamil. Anemia ibu hamil yang dibahas adalah anemia yang diakibatkan kekurangan asupan gizi sumber zat besi.
Dari komentar yang telah diberikan, dapat disimpulkan sebagai berikut
- Penyebab :
o Faktor ekonomi → rendahnya daya beli
o Faktor sosial budaya → pengetahuan (menyangkut apa saja sumber zat besi, apa saja yang menghambat dan memacu penyerapan zat besi), adanya pertentangan budaya dan mitos bahan makanan
o Faktor klinis → terjadinya hemodulusi (pengenceran darah) pada TMII
- Akibat : kurangnya asupan O2 di otak janin, mengakibatkan tingginya angka kematian ibu akibat pendarahan (HPP= Haemoroghic Post Partum)
- Program pangan alternatif yang diajukan :
o Makanan olahan dari bungkil kelapa, yang kaya Fe 41.5/100 gr
o Fortifikasi bahan pangan yang dikonsumsi secara luas, seperti mie
o Meningkatkan konsumsi daging kelinci
o Mensosialisasikan sumber zat besi eksogen dengan memasak pakai panci
o Makan bayam yang banyak, menanam sendiri di kebun
o Inovasi cookies bekatul
o Utamakan zat besi dan vitamin
o Kombinasi ubi jalar dengan garam
o Optimalisasi bahan pangan lokal sumber zat besi, seperti biji bunga teratai dan biji cempedak di daerah Kalimantan Selatan
o Secara birokrasi : penyuluhan kesehatan, kerjasama lintas sektor, pengadaan pil penambah darah di Puskesmas
o Meningkatkan konsumsi ikan laut dan tawar, baik secara kualitas maupun kuantitas saat kehamilan
o Meningkatkan konsumsi kacang kedelai dan produk olahannya
Menurut saya, dari program pangan alternatif yang diajukan menunjukkan bahwa sebenarnya banyak solusi yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan anemia ibu hamil. Namun tidak semua dari progran yang diberikan akan mampu mengatasi permasalahan ini dengan baik. Pengenalan bahan pangan yang beragam dan masih asing bagi sebagian besar masyarakat akan sulit diwujudkan dalam waktu yang singkat. Hal ini sangat terkait dengan nilai makanan dan budaya yang ada di masyarakat. Misalnya, inovasi cookies bekatul akan sulit diterima karena anggapan masyarakat selama ini bekatul hanya untuk pangan ternak. Karena itulah, pengenalan pangan alternatif ini hanya akan dapat berhasil jika dilakukan dalam jangka panjang, mengingat perubahan perilaku dan kebiasaan manusia butuh waktu yang cukup lama. Kebijakan birokrasi akan menjadi suatu hal yang mungkin dapat dilakukan. Pemerintah sebenarnya sudah punya jalur kebijakan lintas sektoral dalam mengatasi masalah ini. Melalui Puskesmas, pemerintah telah menyediakan tablet zat besi bagi bumil yang dibantu sosialisasinya oleh lembaga PKK di masyarakat. Namun kendala utama dari program ini adalah rasa eneg yang hadir saat mengkonsumsi tablet zat besi membuat bumil enggan mengkonsumsinya. Sebenarnya ada tablet zat besi yang tidak punya efek samping rasa eneg namun harganya lebih mahal. Jadi yang penting menurut saya adalah pengadaan tablet zat besi yang murah dan tidak membuat bumil enggan mengkonsumsinya. Mengenai pengetahuan apa saja yang memacu dan menghambat penyerapan zat besi dapat dilakukan melalui kerjasama lintas sektoral ini juga. Misalnya saat penyaluran tablet oleh tenaga kesehatan juga diberikan penyuluhan dan juga petunjuk pengadaan sumber zat besi melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ini mencakup bidang ekonomi maupun sosial kemasyarakatan.
NUZULUL KUSUMA PUTRI – 100610127 – IKM A ‘06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar