Nutritional Record, Pernicious Anemia
Pernicious anemia is a kind of anemia. Even its rare happen in Indonesia, Pernacious anemia must be detected as well as Fe Anemia. Since vitamin B12 is essential for normal nervous system function and blood cell production.
BAB I
Anemia Pernisiosa
Anemia merupakan suatu penyakit yang terjadi saat darah tidak lagi memiliki sel darah merah yang cukup maupun saat darah kurang mengandung unsur hemoglobin. Hemoglobin merupakan zat warna yang membawa oksigen dan ditemukan pada sel darah merah. Anemia sendiri tergolong penyakit yang dapat membahayakan hidup manusia. Walaupun ada sekitar lebih dari 400 macam bentuk anemia, penyakit ini hanya digolongkan menjadi tiga kelompok anemia yang utama yaitu anemia defisiensi zat besi, anemia B 12 dan anemia defisiensi asam folat.
Anemia vitamin B12 merupakan jenis anemia yang merupakan dampak ketidakmampuan saluran pencernaan menyerap vitamin B12 dari makanan yang normal dikonsumsi. B12 sendiri sangat berperan dalam menghasilkan sel darah merah dan pemeliharaan sistem saraf tubuh. Vitamin B12 dapat diperoleh dari makanan hewani seperti daging, ikan dan produk susu.
Ada empat penyebab utama dari anemia jenis ini, yaitu
1. Kegagalan saluran pencernaan menghasilkan faktor intrinsik. Faktor intrinsik adalah sebuah protein yang dihasilkan oleh saluran cerna dan dikombinasikan dengan vitamin B12 di usus halus. Karena merupakan sebuah autoimune disorder, produksi faktor intrinsik terhambat.
2. Keadaan yang tidak normal pada usus halus dimana vitamin B12 diserap.
3. Crohn’s disease – sebuah penyakit peradangan kronis yang berdampak pada sebagian saluran cerna.
4. Menjadi seorang vegetarian termasuk tidak makan telur, produk susu, daging dan ikan.
Gejala dari anemia B12 mirip dengan anemia zat besi yaitu
Pucat
Lemah
Lelah
Nyeri dada (kasus yang parah)
Nafas yang pendek dan cepat (kasus yang parah)
Tekanan darah rendah
Gejala lain yang membedakan anemia B12 dengan anemia zat besi yakni adanya jaundice, mati rasa pada tangan dan kaki, sakit pada mulut dan tenggorokan, dan bingung.
Anemia dapat didiagnosis dari gejala ynag dirasakan oleh pasien dan melalui sebuah pemeriksaan darah yang mengukur tingkat hemoglobin darah serta substansi lain yang menyebabkan anemia semisal kadar Fe, bilirubin dan B12. Metode lain yang dapat digunakan adalah Bone Marrow Biopsy. Pemeriksaan ini membantu mendiagnosis anemia B12. Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah CBC, LDH, Vitamin B12 level, dan Schilling test
Perwatan untuk anemia B12 tergantung pada penyebab spesifiknya. Perawatan mutakhir untuk mengobati anemia pernisiosa adalah injeksi B12 setiap bulan dalam waktu yang cukup panjang. Anemia karena kekuranagan vitamin B12 dapat disarankan untuk mengkonsumsi suplemen vitamin B kompleks dan mengikuti sebuah diet berimbang serta dapat ditambah dengan injeksi vitamin B12 pada wkatu tertentu. Sedangkan untuk anemia karena malabsorpsi diobati dengan injeksi vitamin B12 hingga kondisinya membaik. Diagnosis yang cepat akan sangat berpengaruh pada kesembuhan penyakit ini.
BAB II
Kasus
Anemia B12 masih jarang terjadi di Indonesia. Anemia yang paling sering terjadi di Indonesia adalah anemia zat besi yang biasanya menyerang ibu hamil dan menjadi penyebab utama tingginya angka kematian ibu hamil. Anemia B12 dapat menyerang siapa saja, risikonya akan meningkat jika ia memiliki keadaan yang menghambat penyerapan vitamin B12 seperti kasus berikut ini. Berikut ini merupakan keluhan pasien yang merasakan gejala anemia B12 yang telah dimuat di sebuah situs konsultasi dengan dokter. Kasus ini terjadi di Wisconsin, USA pada tanggal 28 Maret 2007.
BAB III
Diagnosis
Tahap pertama dalam menentukan penyakit apa yang diderita oleh pasien adalah dengan melakukan anamnesa. Petugas mendengarkan keluhan penyakit yang dirasakan pasien. Apa saja yang dirasakan pasien dicatat dalam sebuah lembar pemeriksaan. Petugas juga harus melihat tanda klinis yang ada pada pasien. Gejala dan tanda klinis tersebut selanjutnya dicocokkan dengan karakteristik dari sebuah penyakit serta riwayat penyakit pasien. Dari anamnesa tersebut dapat diketahui gambaran penyakit apa yang diderita dan pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan.
Dalam kasus yang diderita oleh Bethi, pasien merasakan bahwa mulut dan tenggorokannya sakit, sering letih, lesu dan mudah capai walaupun sudah banyak istirahat serta tangan dan kakinya sering mati rasa. Riwayat penyakitnya menunjukkan bahwa Beth memiliki penyakit asam urat dan infeksi lambung. Obat-obatan yang dikonsumsi juga beragam sesuai penyakit yang diderita sebelumnya dan bukan tidak mungkin akan menyebabkan efek samping pada tubuh. Beth juga baru menyelesaikan rawat inap di rumah sakit karena peradangan saraf.
Hingga tahap ini, petugas belum dapat memastikan penyakit apa yang diderita oleh Beth. Petugas hanya dapat mempersempit kemungkinan penyakit apa yang sesuai dengan gejala dan tanda tersebut. Dalam kasus ini, petugas memiliki asumsi bahwa Beth mungkin saja menderita :
1. Anemia pernisiosa, dengan melihat pertimbangan bahwa gejala penyakit ini ditemukan pada Beth yakni pucat, lemah, lelah, mati rasa pada tangan dan kaki serta sakit pada mulut dan tenggorokan. Untuk memastikan kemungkinan ini masih harus dilakukan pemeriksaan lanjutan baik berupa pemeriksaan dietetik serta mutlak dilakukan tes laboratorium untuk mengetahui level B12 dalam darah.
2. Masih dalam tahap recovery setelah menyelesaikan rawat inap di rumah sakit. Dalam masa recovery dibutuhkan banyak tenaga untuk kembali mencapai tahap fit. Namun masa recovery ini tidak mampu menjelaskan mengenai gejala mati rasa yang dirasakan Beth. Selain itu, jangka waktu Beth untuk recovery yang terlalu lama (hampir lima bulan) semakin menunjukkan ada yang salah dengan sistem imunitasnya. Hal ini juga mengacu pada terjadinya anemia vitamin B12 sebagai autoimune disorder.
3. Penyakit asam uratnya telah sampai pada tahap yang sangat serius hingga mempengaruhi persarafaannya hingga muncul gejala mati rasa. Untuk mengetahui kemungkinan ini harus dilakukan uji darah di laboratorium. Obat-obatan yang dikonsumsi juga harus dikaji ulang apakah memiliki kemungkinan menyebabkan kontraindikasi pada tubuh Beth selama ini.
Setelah diperoleh beberapa kemungkinan penyakit maka dapat dilanjutkan dengan menentukan pemeriksaan apa saja yang akan dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Tidak perlu dilakukan complete general check up karena akan membuat biaya pemeriksaan menjdai tidak efisien. Untuk menegakkan dignosis cukup dilakukan uji yang akan membuktikan penyakit tersebut secara spesifik. Pemeriksaan yang akan dilakukan yakni
Uji di laboratorium :
- Abdominal CT, memriksa rasa sakit pada perut yang sudah dirasakan lama. Selain itu pemeriksaan ini akan membantu mengetahui keadaan GIT, sehingga diketahui ada hal yang menyebabkan malabsorbsi vitamin B12 atau tidak.
- GI x-ray, memeriksa apakah asam urat yang telah diderita sejak lama sudah pada tahap pengapuran pada sendi sehingga akan mampu menjelaskan gejala mati rasa akibat saraf tertekan.
- MRI dan dua electrical tests pada saraf akan menunjukkan sensitifitas saraf dan melihat seberapa parah defisiensi vitamin B12 tersebut terhadap kesehatan saraf.
- B12 blood test, untuk mengetahui secara pasti kadar vitamin B12 dalam tubuh dan apakah masih pada tahap normla atau sudah pada tahap anemia akut.
Selain uji laboratorium tersebut, petugas juga harus memeriksa apakah asupan makanan yang dikonsumsi Beth telah mencukupi standard serta adakah makanan mempengaruhi keluhan pasien. Pemeriksaan ini dapat menggunakan metode 24 hours recall method. Dengan metode ini diharapkan akan diketahui pola konsumsi makanan setiap harinya.
Pemeriksaan tidak hanya berhenti hingga tahap itu. Petugas harus mengetahui latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta riwayat kesehatan keluarganya sebagai pertimbangan. Dengan mengetahui hal tersebut maka penegakkan diagnosis akan lebih valid. Untuk mempernudah dalam menganalisis dan pencatatan hasil pemeriksaan dibuat sebuah form nutritional record (form 1).
Dari form yang diisi tersebut akan diketahui secara jelas hal yang mendukung penegakkan masalah gizi yang dihadapi. Setelah penyebab malnutrisi telah jelas diketahui maka selanjutnya dapat ditentukan penanganan lebih lanjut. Selain harus tepat mengatasi sumber penyebab malnutrisi tersebut, pengobatan yang dipilih harus tidak bertentangan alergi dan food taboo yang dimiliki.
BAB IV
HASIL dan PENGOBATAN
Setelah melihat hasil pemeriksaan dan isian form nutritional record, dapat dipastikan bahwa Beth menderita defisiensi B12 akut yang mengarah pada terjadinya anemia B12. Hal ini terjadi sebagai efek samping penggunaan obat-obatan untuk asam urat kronis. Beth telah mengkonsumsi obat asam urat berupa Nexium dan Zantac untuk waktu yang cukup lama sejak ia divonis dokter menderita asam urat. Cara kerja kedua jenis obat ini adalah dengan menghambat produksi asam, padahal asam dibutuhkan untuk penyerapan B12. Obat lainnya seperti Metformin yang dikonsumsi setiap hari oleh Beth juga menurunkan penyerapan vitamin dan mineral.
Melihat gejala yang dirasakan oleh Beth selama ini, ada kemungkinan bahwa defisiensi ini telah meningkat menjadi anemia pernisiosa. Anemia pernisiosa atau anemia B12 yang diderita Beth ini didasarkan bahwa Beth telah merasakan gejala klinis khas anemia pernisiosa seperti rasa sakit pada mulut dan tenggorokan serta mati rasa pada tangan dan kaki. Anemia B12 ini merupakan anemia yang disebabkan karena malabsorbsi B12 di dalam tubuh. Malabsorbsi ini sendiri karena adanya obat-obatan yang mengandung zat yang menghambat peneyerapan vitamin B12.
Pengobatan yang dilakukan harus tepat sasaran yakni dengan mengatasi masalah malabsorbsinya dahulu dan selanjutnya baru mengatasi defisiensi B12 nya. Hal yang pertama disarankan adalah mengganti obat tersebut dengan obat jenis lain yang tidak menghambat penyerapan B12. Selanjutnya baru diberikan suplementasi B12 dosis tinggi. Namun jika dengan alasan medis, penggantian jenis obat itu tidak dapat dilakukan maka petugas menyarankan Beth untuk menjalankan injeksi B12. Injeksi B12 ini dilakukan dalam regimen yang diberikan jangka panjang selama. Setelah nampak perbaikan kondisi baru penyuntikan dilakukan dengan regimen yang lebih sedikit.
Form 1
NUTRITION RECORD
(Balita, Anak Sekolah, Remaja, Dewasa, Lansia)
A. Identitas
a. Nama : Beth
b. Umur : 29 tahun
c. Jenis Kelamin : Wanita
B. Pengukuran Status Gizi
a. Antropometri :
1. Berat badan : 56 kg
2. Tinggi badan : 164 cm
b. Diet : 24 hours recall method
c. Laboratorium :
1. abdominal CT, hasilnya normal – tidak ada tanda yang menunjukkan risiko nyeri perut
2. GI x-ray, menunjukkan acid reflux disease
3. MRI, hasilnya normal and dua electrical tests pada saraf juga menunjukkan hasil normal
4. B12 blood test, hasilnya menunjukkan tanda kekurangan vitamin B12 namun belum pada tahap anemia B12
d. Klinis :
1. Pucat (+)
2. Mulut dan tenggorokkan terasa sakit
3. Letih, lesu dan mudah capai
4. Mati rasa pada lengan tangan dan kaki
C. Lingkungan
a. Faktor sosio ekonomi
i. Pekerjaan : pustakawan dengan jam kerja tujuh jam per hari, empat hari kerja per minggu
ii. Pendapatan : $235.00 atau setara dengan Rp 2.984.500,00
iii. Rumah : Lantai ke-3 di sebuah apartement dengan tiga kamar tidur
- Sudah termasuk rumah sehat karena merupakan standard apartment
- Pembersihan juga sudah sesuai standard karena dikelola oleh petugas kebersihan yang telah disediakan pengelola apartment
- Kepadatan penghuni juga tidak melibihi batas kesehatan
iv. Dapur :
- Standard apartment
- Untuk pengolahan bahan makanan juga bersih
v. Pendidikan : D-3 Bahasa Jerman
vi. Sumber Air : disediakan apartment, jasa perusahaan air negara
vii. Data keluarga :
Ayah
Nama : Davis
Umur : 63 tahun
Pekerjaan : pensiunan banker
Riwayat penyakit : Asam urat (acid reflux disease), jantung koroner
Kakak laki-laki
Nama : Travis
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Tour guide
Riwayat penyakit : Maag ringan
b. Faktor makanan
i. Pola makan
1. Jumlah : tidak pasti tergantung selera makan
2. Jenis :
a. Sarapan : roti, telur, jus jeruk
b. Makan siang : kentang, daging merah olahan, seafood, sayur (jagung dan wortel), kopi/ teh, kadang fast food dengan minuman soda
c. Makan malam : salad sayur (sawi, selada, kol), susu
3. Frekuensi : tiga kali sehari
ii. Alergi makanan : -
iii. Diet yang sekarang dijalankan : -
c. Faktor budaya :
Merupakan wanita karier dengan gaya hidup modern.
Tingkat pendapatan yang cukup tinggi sehingga memungkinkan terlalu seringnya konsumsi daging merah dan seafood.
Tingkat kesibukan tinggi, jarang olahraga dan terlambat makan.
Faktor pekerjaan yang lebih banyak duduk sehingga kurang gerak.
d. Faktor sanitasi lingkungan
i. Jamban : toilet duduk
ii. Tempat sampah : pengelolaan sampah apartment
iii. Pengelolaan air : penyediaan air di apartment
iv. Jumlah anggota keluarga : tiga orang (hidup dengan ayah dan kakak laki-laki)
D. Nutritionally Relevant Infection Rate
a. TBC, Batuk rejan, Pneumonia
b. Penyakit diare : Bakteri, Disentri
c. Virus : measles/ gabag, rota virus, virus HIV
d. Parasit : malaria, penyakit cacing : cacing gelang, cacing tambang, cacing kremi, dll.
E. Penyakit Kronis
- Asam urat sudah diderita selama 5-6 tahun
- Rasa panas dalam perut dirasakan selama 3-4 tahun
- Infeksi sinus
F. Kelainan Bawaan : tidak ada
G. Obat yang Digunakan Saat Ini
1. Selama lima tahun terakhir sejak divonis asam urat dan berhenti setelah rawat inap terakhir karena peradangan saraf, obatnya antara lain
Metformin 500 mg 2x sehari
Nexium 40 mg
Zantac
Singulair 10 mg
Zyrtec 10 mg
Toprol 25 mg
2. Setelah pulang rawat inap terakhir mengkonsumsi obat Aciphex selama tiga bulan terakhir hingga sekarang
3. Antacids setiap hari untuk maag, sudah tiga bulan terakhir
H. Sejarah Timbulnya Gejala yang mendukung Terjadinya Malnutrisi
- Baru menyelesaikan rawat inap rumah sakit dan masih dalam pengawasan dokter dengan diagnosis awal peradangan saraf
- Sakit di daerah upper abdomen dalam lima bulan terakhir, disertai mati rasa pada lengan tangan dan kaki. Mati rasa ini umumnya pada sebelah kiri, namun lebih kadang seluruh tubuh bahkan wajah.
- Terdengar suara nyaring pada kandung kemih
- Merasa lelah sepanjang hari
- Sakit kepala hampir setiap hari
I. Diagnosa : Defisiensi vitamin B12 yang mengarah pada terjadinya Anemia Pernisiosa/ Anemia B12 yang disebakan karena pemakaian obat suppresan B12 ( obat-obatan asam urat dan maag yang meghambat pembentukan protein penyerap B12)
J. Terapi Nutrisi/ Penanggulangan Nutrisi
a. Individu : Suntik vitamin B12 untuk mengurangi dampak obat supressan B12
b. Kelompok Masyarakat : Perbanyak bahan makanan sumber vitamin B12
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. Health Encyclopedia - Diseases and Conditions : Anemia. Available from URL : HYPERLINK http://www.healthscout.com/anemia
Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC.
Matsui, William. Anemia - B12 deficiency. 14 February2007 Available from URL : HYPERLINK http:// www.nlm.nih.gov/ encyclopedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar