Jumat, 05 Juni 2009

Metaboisme Racun Tubuh

METABOLISME dan EKSKRESI

Jumlah racun meliputi keseluruhan dari penyerapan, distribusi serta eliminasi racun dalam tubuh. Hal ini dapat berfluktuasi melalui proses pengiriman dan pengurangan racun.

Metabolisme Racun – Racun
• Penukaran untuk eksresi
Racun masuk ke tubuh manusia akan selalu mengalami metabolisme. Kecepatan metabolisme mempengaruhi keaktifan racun itu. Makin cepat metabolisme maka racun cendrung lebih tidak aktif. Sejumlah senyawa yang awalnya tak berbahaya, jika tidak dimetabolisme dalam waktu lama dapat berubah sifat menjadi racun. Kebanyakan produk sesudah metabolik akan mengalami perubahan sifat yang tergantung pada aktivitas biologis mahluk hidup dan peningkatan serta pengurangan daya larut lipid. Penguranagn ini melalui penurunan pemusatan daya larut yang ada di ginjal, seperti zat xenobiotik.
Metabolisme sering diartikan sebagai biotransfromasi karena zat metabolis dapat diperoleh dari proses ini. Pada tubuh, manusia metabolisme juga mengalami evolusi sebagai bentuk pemenuhan tuntutan berkembangnya Phenobarbital tubuh yang dapat berbahaya. Hal ini merupakan salah satu bentuk adaptasi mahluk hidup semenjak awal terbentuknya substansi primordial yang pertama. Organisme laut sering tak punya system metabolisme racun sepeti mamalia, sebagai gantinya mereka mempunyai kemampuan mengeluarkan langsung larutan lipid ke air melalui insang. Biotransformasi enzim enobiotik dapat memfasilitasi beberapa campuran dari tubuh, seperti konversi metil dan karboksil yang berbahaya. Proses metabolisme biotransformasi xenobiotik penting karena xenobiotik lipofilik akan meningkatkan level racun. Hal ini terdapat pada herbivore karena seringnya memakan tumbuhan yang bermacam jenisnya.
Setelah metabolisme ada juga campuran yang menjadi lebih toksik, contohnya Karbontetraklorida. Penurunan kadar lipid tidak selalu melalui penambahan cairan tubuh, contoh acetylsulfathiazole ditransformasi dari sulfathiazole. Larutan airnya justru akan menjadi racun berbahaya yang berasal dari pengendapan dalam tubulus ginjal.
Metabolisme toksikan paling banyak terjadi di hati melalui perubahan xenobiotik yang toksik menjadi intermediet yang bersifat toksik atu nontoksik yang selanjutnya menjadi benar-benar nontoksik. Karena itu enzim metabolisme toksikan terbanyak ada pada hati walaupun sistemnya ditemukan di berbagai lokasi dalam tubuh. Seperti system pengolahan makanan pada tumbuhan mikro yang berperan dalam evolusi biotransformasi xenobiotik yang menyebabakan hewan pemamah biak dapat menetralkan toksik yang lebih tinggi.
Organel penting hati yang berperan pada metabolisme xenobiotik adalah mikrosom dan reticulum endoplasama, RE kasar merupakan penarik terkuat bagi xenobiotik lipofilik. Selanjutnya akan mengalami perubahan pada mitokondria, inti sel dan organel lain.

Enzimologi Biotransformasi
Tubuh memilki kemampuan untuk mendetoksifikasi berbagai campuran racun. Hewan memiliki enzim yang dapat memetabolisme berbagai obat, pestisida, tanaman beracun, serta campuran sintesis lain. Hal ini diperoleh dari proses evlusi alamiah. Enzim ini dikategorikan melalui :
1. Transformasi bahan yang tumbuh normal, menggunakan metabolisme perantara dan model kunci
2. Mengubah struktur yang asing dari pertumbuhan yang tak normal
Kemampuan produksi enzim ini juga dipengaruhi oleh kapasiats genetic dan kemampuan metabolismenya. Sifat sistem enzim yang terlibat menunjukkan spesifikasi pada lapisan bawah yang besar dan adanya efisiensi katalis yang rendah. Tujuan metabolisme xenobiotik adalah meningkatkan campuran property hidrofilik. Dan tujuan raksi enzimatik adalah membentuk lebih sedikit toksik dan secepatnya dikeluarkan tubuh.

Fase I atau Reaksi Tipe I
Raksi biotransformasi ini melibatkan oksidasi, reduksi, dan hidrolisis berbagai campuaran asing. Pada fase I, termasuk hidrasi epoxida dan dehidrohalogenasi. Tujuannya untuk memapar kelompok fungsional yang selanjutnya mengurangi cairan lipid campuran. Mekanismenya dengan memasukkan membran lipid yang ditransportasikan oleh lipoprotein dalam cairan. Penambahan fungsional pada struktur campuran lipohilic bertujuan untuk membentuk campuran electrophilic. Beberapa reaksi dapat menghasilkan suatu lapisan berada tepat di bawah pada reaksi fase II. Pada reaksi fase II ini, dihasilkan larutan terkonjugasi yang berasal dari kombinasi cairan-cairan yang ada sebelumnya.
Cytochrome P450 adalah enzim yang digunakan pada biotransformasi fase I. Enzim-enzim lain yang digunakan antara lain flavin (yang mengandung monooksigen), prostaglandin synthetase, molybdenum hydroxylases, alcohol dehydrogenase, aldehyde dehydrogenase, esterase dan amidase, epoxide hydrolase, DDT-dehydrocho-rinase dan glutathione reductase. Cytohrome dan flavin mengandung monooksigen yang terletak di mikrosom.


ENZIM-ENZIM MIKROSOM
Enzim Cytrochrome P450 (CYP)
System enzim mikrosom terletak dalam phospholipids, penting karena phospholipid menghubungkan interaksi antara enzim P450 reductase dan cytochome P450. Telah diketahui bahwa P450 isoenzym ada pada lebih dari satu enzim dan sebagai lokasi plasma pembawa sifat pada kromosom tertentu. Menurut peraturan terbaru, plasma manusia dilambangkan dengan CYP, masing-masing huruf diikuti oleh abjad yang berarti plasma sifat individu, diikuti subfamily, kemudian yang terakhir adalah sifat individu.
Reaksi Cytochrome P450 monoxygenase mikrosom sama yang membedakan hanya kelas¬ - kelas enzim pada produk dan lapisan bawah mereka. Cytochrome P450 dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan reaksi kimianya:
• Aliphatic dan aromatic hydroxylations
Sisi rantai Alkyl dari gabungan aromatic mudah beroksidasi terhadap alcohol. Epoxide merupakan tingkatan lanjutan dalam hidroxilasi aromatic. Oksidasi dari polycyclic hydrocarbon muncul sebagai karsinogenik. Carsinogen merupakan gabungan dari benzo(α)pyrene dengan benzo(α)7,8-diolepoxide.
• Dealkylation.
Reaksinya meliputi O-, N-, dan S-dealkilasi.
• N-oksidasi.
Reaksi ini menghasilkan fomasi hydroxylamine,oxime, dan N-oksidasi. Beberapa senyawa amino mampu melewati N-oksidasi untuk membentuk hydroxylamine, contohnya adalah aniline.
• Oksidasi (unsure S dan P)
Kedua monooksigenase mikrosom dan flavin mengandung reaksi monooksigenase thiother yang dapat mengoksidasi sulfoxida dan tiga rangkaian pengganti phosphine dengan oksidasi phosphine. Sulfoksida merupakan metabolisme lanjutan dari sulfone.
• Desulfurasi da ester cleavage.
Reaksi in dapat membandingkan ikatan ganda P-S terhadap ikatan ganda P-O.
Flavin mengandung monoksigen
Enzim mikrosom ini terdapat dalam oksidasi beberapa gabungan senyawa anorganik maupun organic yang mengandung nitrogen, belerang dan phosphor. Siklus katalisasi FMO memerlukan NADPH dan oksigen seperti reaksi cytochrome P450. Mekanisme selengkapnya pada gambar 9.8. Yang dapat menonaktifkan Cytochrome P450 detergent non-ionic.
Enzyme non mikrosom
Oksidoreductase ini terletak dalam fraksi mitochondrial maupun fraksi cytosolic dari jaringan homogen. Alcohol dehydrogenase mengkataisis alcohol dengan aldehydes atau keton, dengan reaksi sebagai berikut:
RCH2OH + NAD+ RCOH + NADH + H+
Bila aldehyde dimetabolismekan dengan asam maka akan menghasilkan racun karena tingginya lipid yang mudah larut menyebabkan sulit untuk dikeluarkan. Aldehyde hydrogenase dapat memetabolisme antara oksidasi dari aliphatic dan aldehyde aromatic dengan asam sehingga dapat diekskresikan ataupun berlanjut melewati reaksi fase II.
Oksidasi amino dari amino iogenic bersifat endogenis. Oksidasi monoamino penting dalam mengendalikan serotonin dan catechoamines lainnya. Oksidasi amino termasuk dalam deminasi oksidatif dari gabungan-gabungan asing. Oksidasi monoamino dan Diamino adalah enzyme mitochondrial flavoprotein. Molybdenum hydroxiase adalah molybdenum yang mengandung enzym penting dalam oksidasi carbon terutama aldehyde dan N-heterocycle.

REAKSI REDUKSI
Beberapa kelompok fungsional rentan terhadap reduksi, antara lain nitro, diazo, carbonyls, disulfide, sulfoxyda, dan alkens. Beberapa amino aromatic dapat direduksi oleh system reduksi nitro dari bakteri dan hewan. Reaksinya menggunakan NADPH dan NADH dalam kondisi anaerob. Setelah itu dilanjutkan melewati nitroso dan hydroxylamine.

HIDROLISIS
Ester, amino dan beberapa phosphate penunjang dengan ikatan ester rentan terhadap hydrolysis. Berbeda dengan reaksi fase I lainnya, hydrolysis muncul tanpa pemanfaatan energi. Ada banyak hydrolysis dalam plasma dan beberapa jaringan. Reaksi tersebut melibatkan banyak jenis asam dan alcohol, yang mana dikeluarkan secara langsung atau melaui konjungsi dari reaksi pada fase II.

PROSES PEMBENTUKAN GLUCURONICID
Hampir sebagian besar reaksi glucuronidasi terdapat di dalam hati, saluran pengangkut mukosa dan ginjal. Zat glucuronida adalah factor utama yang membentuk beberapa zat kimia yang bersifat racun dan sebagian besra hasilnya dikeluarkan dalam empedu. Usia, nutrisi, sex species, tekanan dan perbedaan genetica mempengaruhi proses glucuronidasi.

PROSES PEMBENTUKAN ZAT BELERANG
Proses metabolisme persenyawaan yang berlainan dan kebanyakan prsenyawaan yang bersifat endogen yang mencakup biosintesis dari tiroid,dan hormone steroid, beberapa protein tertentu, dan zat-zat peptisida yang bergantung pada proses pembentukan zat kimia belerang. Zat-zat alcohol, fenol dan arilamin pokok, sekunder den tertier dapat membentuk zat belerang melalui proses sulfanisasi. Sebagian besra enzim-enzim hasil perubahan dari belerang merupakan ikatan membrane dan cytocolic.

PROSES PEMBENTUKAN ZAT METIL
Kelompok zat metil ditransfer dari donor substrasi, S- adenosyl – methione (SAM) rantai~ N5 – asam metiltetrahidrofolic. Proses pembentukan metil yang terjadi melibatkan berbagai penerima substrasi metil yang kurang larut oleh air. Proses ini termasuk detoksifikasi.Enzim perubahan yang terbentuk dari metil catechol mempercepat proses reaksi pengiriman dari kelompok metil dari SAM ke kelompok fenolic dari catechol. Beberapa substrasi yang menyerupai catechol, seperti pirogalol, flavonoid, pyrones dan pyridines, bertindak sebagai penghambat COMT yang tidak reversibel .
PROSES PEMBENTUKAN ZAT ASAM
Amide dibentuk dari proses pembentukan zat asam asing seperti carboxylic dan amino. Ada dua jenis reaksi proses pembentukan asam :
1. melibatkan perantara yang telah diaktifkan
contohnya asetil CoA dan proses pembentukan asetil
2. melibatkan pengaktifan persenyawaan asing lain untuk merubah
bentuk asam amino:
CH3C(0)SCoA + RNH2 — RN-HCOCH3 + CoASH
RC(0)SCoA + NH2CHCOOH — RC(0)NHCH2COOH + CoASH
Perubahan bentuk asam amino terjadi dengan melibatkan glisin, glutamine, arginin, dan taurin pada jenis mamalia; asam amino yang lain mungkin saja digunakan oleh spesies yang lain.
PENGALIHAN GLUTATHIONE S- (GST)
Ini adalah kelompok isoenzim yang terbentuk dari glutathione tereduksi oleh senyawa elektrofilik. Pengalihan glutathione S- banyak terdapat pada kingdom hewan dan tumbuhan. Kedua bentuk pengalihan glutathione S- ditemukan di hampir semua sel terkecil. Contohnya perubahan bentuk persenyawaan – persenyawaan epoxide, haloalkana, nitroalkana, alkana, organofosfat, dan metil sulfoxide.
TEKANAN OKSIDASI
Tekanan oksidasi dan generasi tipe oksigen yang reaktif banyak terlibat pada banyak kasus cedera sel yang melibatkan bahan kimia. Tekanan oksidasi merupakan kondisi di mana prooxidant mendominasi antioxidant. Prooxidant adalah persenyawaan – persenyawaan yang mengoksidasi. DNA yang dioksidasi menyebabkan mutasi dan enzim dapat kehilangan aktivitas bersifat enzim. Proses tekanan oksidasi dapat merugikan tergantung sel pembentuk terkecil dan tipe prooxidant.
Banyak persenyawaan yang bersifat prooxidan terbentuk dari metabolismse oksidasi normal seperti metabolisme sel mitokondria. Zat kimia yang beracun dan agen infeksi dapat mempersulit fungsi mitokondrial dan meningkatkan persentase oksigen yang diubah ke tipe oksigen reaktif. Usia, kesehatan, dan keadaan lingkungan dapat menciptakan muatan tambahan untuk tipe oksigen reaktif yang lebih merusak pada system biologis daripada oksigen molecular karena sifatnya yang kurang reaktif terhadap molekul biologis. Tipe oksigen reaktif dapat dihilangkan dengan permutasi enzim - enzim superoxide.
Komponen lipid sperti membrane plasma dan lipoprotein rapuh terhadap cidera oksidasi terutama jika muatan dari PUFA dalam keadaan tinggi. Peroksidasi lipid didefinisikan sebagai proses detcrion'sasi oksidasi PUFA, dan serupa seperti pada apa yang terjadi selama proses autoksidasi lemak yang akan mengalami abstraksi hydrogen. Oksigen menyerang radikal karbon menghasilkan asam lemak radikal peroxyl (ROO).
Pengembangbikan diakibatkan radikal peroxyl yang bereaksi dengan molekul lain dari asam lemak tak jenuh untuk menghasilkan hidroperoxide tak jenuh yang setengah stabil (ROOH), yang kemudian dapat menghasilkan kembali radikal bebas. Pengembangbiakan berlanjut sampai radikal –radikal bebas yang terbentuk dihilangkan oleh pemecah rantai radikal bebas seperti vitamin E (proses penghancuran). Ozone dan lapisan oksigen adalah tipe oksigen reaktif lainnya.

UNSUR – UNSUR PENGURANG SEL DAN ANTIOKSIDAN
Kelompok thiol berperan penting karena sering ditemukan pada daerah aktif enzim atau protein penting lainnya. Seoerti Cysteine yang dioksidasi menjadi cystine, asam cystine dan produk – produk yang lain. Dua molekul glutathione dapat dioksidasi menjadi satu disulfide. Penelitian membuklikan bahwa pelepasan oksidan seperti dapat merngakibatkan penurunan muatan jaringan glutathione.
Vitamin E yang mengandung tocopherol dan tocotrienol berperan penting dalam mendaur ulang radikal bebas. Tocopherol dapat menghilangkan dan bereaksi dengan jaringan oksigen dan membrane dalam menghancurkan antioksidan termasuk radikal tocopheryl dan tocopherylquinone yang dikeluarkan lewat urin. Vitamin C juga bertindak sebagai antioksidan. Kedua vitamin ini bekerja sinergis.
SISTEM ANTIOKSIDAN ENZIMATIK
Dismutasi dan katalis superoxide dapat mencegah atau meminimalisir proses oksidasi lipid hydroperoxide. Keduanya dipacu sebagai system dismutasi superoxide. System peroksidasi glutathione juga berfungsi utnuk merubah hydroproxide menjadi asam lemak hydroxyl. d,-hydrogenase. Peroxidase GSH mampu mengkomposisi ulang hydrogen peroxide, serupa pada reaksi katalis. Peroxidase GSH sangat penting karena enzim ini juga dapat mengurangi hydroperoxide organic dan hydrogen peroxide. Peroxidase GSH mengandung selenium yang bertindak sebagai elemen proteksi cidera oksidasi.
TARGET – TARGET PRODUK TEKANAN OKSIDASI
Karbohidrat
Atom hydrogen dan karbon dari rantai karbohidrat dapat diabstraksi dalam reaksi yang melibatkan radikal hydroxyl menghasilkan radikal bermuatan karbon.Reaksi ini dapat memecah mata rantai dan molekul fisiologis yang penting. Degradasi hyaluronate disebabkan oleh radikal hydroxyl menarik anion superoxide kimiawi Fenton.
Lipid
Lipid tak jenuh merupakan penyusun utama dari sel membrane dan dapat mengalami peroksidasi. Peroksidasi lipid adalah reaksi yang dipicu oleh tipe oksigen reaktif yang dapat berkembang sendiri dalam membrane yang mempengaruhi fungsi membran.
Protein
Tempat pengikatan metal dari protein sangat dipengaruhi tekanan oksidasi yang mengakibatkan modifikasi irreversibel pada asam amino seperti histidin. Kelompok reaktif hydroxyl pada residu cysteine atau methionine reaktif dapat dioksidasi menjadi disulfide atau methione sulfoxide.
Asam nukleid
Selain merusak polimer pentose phosphate pada asam nukleid, tipe oksigen reaktif dapat memodifikasi komposisi dasar dari polimer. Modifikasi ini karena adanya kekurangan genetic yang dihasilkan oleh tekanan oksidasi. Kerusakan DNA manusia dapat diperkirakan dengan Hydroxyguanosine 8 dan pecahan mata rantai.
PROSES PENGELUARAN
Rute urin merupakan rute utama untuk proses penghilangan bahan bersifat racun. Persenyawaan asing dalam tubuh yang telah dibiotransformasikan kedalam bentuk produk dilarutkan dengan air yang dikeluarkan daam bentuk urin. Rute penting kedua adalah tinja dan pengeluaran melalui paru-paru. Manusia juga mengeluarkan berbagai bahan kimia lain seperti keringat, saliva, air mata, dan susu.
PENGELUARAN URINE
Zat bersifat racun dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal melalui proses yang sama dengan pengeluaran kotoran dari metabolisme perantara. Ginjal adalah organ utama dalm eliminasi ini,bertugas menerima seperempat keluaran dari jantung, yang mana 20 % telah disaring di glomeruli. Persenyawaan kimia yang amat kecil dapat melewati pori-pori glomeruli. Produk metabolisme perantara juga disaring di glomeruli. Ada beberapa unsure yang dapat diserap kembali di tubular sel pada nephron yang akan kembali ke aliran besar darah. Hanya zat bersifat racun yang bebas di dalam air plasma. Dari 180 liter yang disaring, 1,5 liter dikeluarkan sebagai urin, sisanya diserap kembali termasuk zat racun yang mengandung koefisien lipid air yang tinggi. Tubula proksimal memiliki banyak mitokondria, bertugas menyerap kembali protein plasma kecil yang disaring di glomerulus, hal ini untuk menghindari proses toksisitas. Cuci darah secara teratur dapat membantu pembasmian racun dari plasma pasien.

EKSKRESI EMPEDU DAN FESES
Racun dikeluarkan oleh sel-sel hati menjadi empedu melalui usus besar dan menjadi feses. Jika ditemukan sifat racun pada penyerapan di usus besar, harus melalui enterophatis. Ekskresi empedu penting karena keterkaitannya dengan hati dalam mengeluarkan zat beracun dari darah. Contohnya gabungan glutathione dan glukoroid dapat dikeluarkan menjadi empedu.
Racun lebih berbahaya pada bayiu lahir karena sistem ekskresi racun hati belum sepenuhnya berkembang. Pembersihan racun melalui pembuangan empedu, racun bisa dihilangkan melalui feses karena mengelupasnya sel-sel epitel usus besar, kira-kira tiap tiga hari.

OAS PARU-PARU
Zat yang dikeluarkan melalui paru-paru bersifat cair yang mudah menguap, seperti dietil eter namun gas yang dalam darah sulit larut, seperti kloroform, lambat dikeluarkan . Kebanyakan senyawa yang melalui oas ini bukan sisa metabolisme, tapi racun yang utuh, semisal nitrus oxid.

JALUR EKSKRESI LAINNYA
Susu
Zat beracun dalam tubuh manusia juga disekresikan lewat air susu mammalia. Ibu menyusui dan susu sapi menjadi hal yang harus diwaspadai. Yang dapat dicatat dari susu yang memiliki zat racun :
1. pH susu lebih asam (pH=5.6) daripada plasma
2. susu mengandung 3 -4% lipid larut lemak, sehingga makin lama ada di dalam tubuh
3. merupakan saluran pembuangan utama bagi senyawa-senyawa DDT dan hidrokarbon polihalogen
Keringat dan Air Liur
Banyaknya zat kimia lewat keringat dan air liur tergantung pada penyebaran zat non-ionisasi, bentuk perantara lipid yang bisa larut. Keluarnya zat racun lewat keringat dapat menyebabkan infeksi kulit sedangkan racun pada air liur dapat masuk pada sistem GI.

PRINSIP-PRINSIP TOXICOKINETIC
Pharmacokinetics yang berasal dari kata pharmaco (obat) dan kinetics (pergerakan) dikembangkan untuk keperluan pengobatan. Kajian ilmu ini meliputi kemobiokinetik atau toxicokinetic.
Toxokinetiks
• penyerapan,penyaluran,biotransformasi, dan pembersihan zat
• mengkaji efek hasil penyaluran terakhir di dalam tubuh beitkut sisa-sisa zatnya
• mengkalkulasi dosis kemantapan sebuah zat dalam darah Toxodinamik
• prgerakan zat dan pengaruhnya terhadap organisme
• mengkaji efek racun bagi tubuh

DESAIN STUDI PHARMAKOKINETICS
Prinsip Toksikokinetiks :
Deskripsi kompleksitas fenomena in vivo menggunakan persamaan matematis dari sistem biologis mengandung satu atau dua komponen atau bagian ruangan.
Ruangan ini merupakan rangkaian perpindahan paralel dengan sirkulasi yang teratur.
Pendekatan Toksikologi :
1. sistem per kompartemen
• pendekatan tradisional
• Keuntungan : dapat menstimulasi dan memprediksi nilai konsentrasi plasma pada uji coba zat
• Kekurangan : persamaan matematikanya kompleks dan rumit
2. sistem non-perkompartemen
• Keuntungan : persamaan matematikanya sederhana
• Kekurangan : memiliki batasan prediksi catatan waktu-penumpukan
3. pendekatan model toksoknetik fisiologis
Tiga pendekatan ini tidak berdiri sendiri-sendiri.
TOKSIKOLOGI SATU-KOMPARTEMEN
Pendekatan ini banyak diterapkan dalam farmasi yang konsepnya berdasar pada satuan waktu dosis zat uji. Model ini baik dalam menerangkan distribusi dari banyak unsure. Tubuh disuntikkan zat yang jumlahnya sama dengan dosis xenobiotik. Saat proses pembersihan tubuh jumlah zat utuh dalam tubuh menurun secara eksponen. Penentuan hasil k dari persamaan itu bisa disederhanakan melalui pengubahan jumlah uji zat menjadi nilai-nilai log. Persamaan yang ada memiliki sifat garis lurus dimana lekuk garis itu bisa didapat dengan menghubungkan konsentrasi log terhadap waktu.
log x = log XO-(k/2.303) x t k = 2.303/(12-tl)x log (xl/x2)
VOLUME PENYALURAN
Jumlah hasil uji zat dalam tubuh dikaitkan denagan konsentrasi uji zat dalam darah melalui volume penyaluran. Hasil konsentrasi uji zat bisa dihitung di dalam darah, serum, atau plasma; meskipun demikian, tidak mungkin untuk menentukan secara langsung jumlah uji zat tersebut di dalam tubuh. Untuk mempermudah perhitungan gunakan CO sama dengan XO saat jumlah uji zat dalam tubuh pada suatu satuan waktu sama dengan CO dalam darah konsentrasinya sama pada satuan waktu itu.
Tubuh terdiri dari banyak kompartemen yang cairannya terbagi-bagi. Unsur yang masuk tubuh dapat berdifusi pertama kali ke dalam plasma kemudian cairan jaringan, seperti sel darah, jantung, paru-paru, sistem portal hati, ginjal, berbagai kelenjar, dan sistem saraf. Baru kemudian dibagi ke jaringan yang sulit terdifusi seperti otot dan kulit. Selanjutnya terdistribusi ke adipose dan sumsum tulang.

MODEL MULTIKOMPARTMEN
Konsep distribusi lainnya yang tidak bisa diterangkan oleh model satu kompartemen dapt diterangkan dengan baik oleh model multikompartemen. Selain eliminasi, pada model ini juga diterangkan mengenai distribusi yang disebabkan perpindahan substansi antar kompartemen. Proses yang terjadi setelah distribusi juga dipertimbangkan dalam model ini. Fase awal distribusi sangat terkait dengan konsentrasi turunnya unsure secara cepat saat meninggalkan jaringan dan darah. Pada fase pos distribusi, konentrasinya menurun perlahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar