BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu kesehatan merupakan ilmu yang dituntut untuk selalu berkembang sesuai perkembangan masyarakat. Hal ini berjalan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi yang selalu berefek pada kesehatan manusia. Dengan kemajuan teknologi yang terjadi seperti sekarang, dunia kedokteran memang ikut dan harus berkembang agar mengimbangi jumlah dan ragam penyakit juga ikut bertambah. Hasil samping teknologi seperti limbah industri dan polusi akibat buangan kendaraan bermotor telah mengubah transisi penyakit dari akut ke degeneratif. Transisi ini juga berdampak pada risiko morditas dan mortalitas manusia yang berubah drastis.
Usaha manusia manusia dalam menjaga kesehatan perlu diperkuat karena pengobatan bukan merupakan cara efektif dalam menghindari risiko modernisasi ini. Pengetahuan manusia mengenai teknik pencegahan penyakit perlu diperkuat. Saat ini, orientasi kesehatan masih terfokus pada ilmu pencegahan penyakit saja. Perhatian utama hanya tertuju pada pencegahan penyakit dan berbagai ancaman risiko yang memudahkan terjadinya penularan yang mengganggu kesehatan manusia. Kemampuan dalam mengoptimalkan kesehatan manusia dalam mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya belum terarah. Keadaan internal masyarakat belum diperhitungkan dalam mencapai status ini (A. A. Gde Muninjaya,2004).
Keadaan internal yang dimaksud adalah bagaimana masyarakat dapat mencegah penyakit dan menjaga kesehatannya melalui usahanya sendiri. Ketahanan masyarakat dalam menjaga status kesehatannya ini akan mendukung program Indonesia Sehat 2010. Program pemerintah ini harus dilakukan dengan menimbang berbagai faktor strategis dalam kondisi masyarakat. Kondisi masyarakat yang tersusun dari berbagai latar belakang berbeda harus dibedakan dalam pemberian treatment untuk mengoptimalkan berbagai upaya dalam pemberdayaan kemampuan masyarakat. Kerjasama lintas sektor dan pengupayaan kemampuan masyarakat ini harus teprogram dan terus dikembangkan sesuai perkembangan zaman.
Human Development Index (HDI) yang diterbitkan oleh United Nations Development Program setiap tahunnya, menempatkan Indonesia pada ranking yang ke-105 di antara 180 negara di dunia (1999). Pada tahun 2002, Indonesia berada di ranking ke-110 di antara 162 negara. Sedangkan Vietnam yang pada tahun 1995 berada di ranking ke-117, telah berada di ranking ke-95 di antara 162 negara. HDI Vietnam lebih baik dari Indonesia. Ada 3 (tiga ) domain utama yang dinilai pada HDI tersebut yaitu: 1) Kesehatan, di urutan pertama, 2) Pendidikan, di urutan kedua. dan 3) Ekonomi, di urutan ketiga. Hasil HDI inilah yang dapat digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan Indosnesia.
Ketiga domain tersebut saling berinteraksi dan berinter-relasi satu dengan yang lainnya. Yang menjadi fokus disini adalah pendidikan akan mempengaruhi tingkat kesehatan. Mengacu pada hubungan itu maka kesehatan manusia dapat ditingkatkan dengan pendidikan yang baik. Pendidikan kesehatan menjadi unsur penting dalam usaha promosi kesehatan. Masa depan promosi kesehatan harus punya tujuan, indikator yang jelas serta pelaksanaan yang sesuai dengan karakteristik masyarakat sasaran serta sejalan dengan program Indonesia Sehat 2010. Promosi kesehatan harus diprogram dan direvisi agar pesan program dapat tertanam kuat pada tiap individu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Promosi Kesehatan Indonesia
Sudah sekitar dua puluh tahun berlalu sejak ditetapkannya Ottawa Charter tahun 1986, dokumen mengenai promosi kesehatan dunia, keadaan dunia telah berubah secara drastis. Penemuan teknologi, perawatan kesehatan, degradasi lingkungan, meningkatnya dampak globalisasi dan perubahan tren sosial hanyalah sedikit contoh dari perubahan karakteristik masyarakat. Setiap perubahan yang terjadi memberikan dampak pada tingkat kesehatan serta berikatan erat dengan teknik promosi kesehatan yang ada pada masyarakat (AHPA, 2006).
Promosi kesehatan Indonesia membantu masyarakat agar mampu melaksanakan perilaku hidup bersih sehat untuk menolong diri sendiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM). Hal ini dicapai melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Saenun MS, 2008). Setelah melalui berbagai pertimbangan dalam melihat masalah yang dihadapi Indonesia serta risiko apa yang akan dihadapi di masa depan, maka promosi kesehatan Indonesia lebih diarahkan pada pembentukan perilaku hidup bersih sehat.
Promosi kesehatan yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia beberapa tahun terakhir belum tercapai secara optimal karena beberapa alasan, antara lain
1. Pendekatan yang lebih bersifat top-down
Program kesehatan umumnya dirancang dari atas dan kurang melibatkan para petugas di lapangan dan masyarakat itu sendiri. Usaha ini dijalankan lebih berdasarkan instruksi dan petunjuk pelaksanaan (juklak) yang telah disusun dari atas dan dijalankan secara sangat kaku. Usaha kesehatan atas inisiatif dari bawah dan diprakasai oleh masyarakat sendiri berdasarkan kebutuhan dan kemampuan serta situasi kondisi mereka sendiri kurang begitu dihargai. Akibatnya, program kesehatan lebih dijalankan selama ini secara skala nasional dengan menyeragamkan seluruh daerah dan kurang memperhatikan adanya perbedaan kebutuhan serta situasi kondisi lingkungan masing-masing daerah.
2. Indikator keberhasilan lebih bersifat kuantitatif ketimbang kualitatif.
Keberhasilan program kesehatan masih lebih sering ditonjolkan pada angka seperti berapa banyak Puskesmas didirikan, berapa banyak rumah sakit dibangun, berapa banyak tenaga kesehatan ditempatkan dan lain-lain. Namun kurang diukur dari misalnya kepuasan masyarakat akan pelayanan yang diberikan atau meningkatnya kesadaran dan peran masyarakat dalam menjaga dan mengatasi sendiri masalah kesehatan mereka.
Permasalahan yang terjadi ini harus dikembalikan lagi pada jalur promosi kesehatan yang benar berdasar standar internasional yang tercantum dalam Ottawa Charter. Dokumen ini berisi berbagai petunjuk dan uraian program promosi kesehatan apa saja yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan dalam suatu negara. Aspek pengembangan skill personal, pengkondisian lingkungan yang mendukung program, pengadaan kebijakan dalam hal kesehatan masyarakat, pengorientasian ulang pelayanan kesehatan dan penggalakan aktualisasi komunitas menjadi hal yang mendasar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan program promosi kesehatan.
2.2. Hak Kesehatan: Pemahaman Menuju Insisiasi Program
Masyarakat merupakan populasi manusia yang terus mengalami perkembangan. Tingkat pendidikan yang beragam telah mempengaruhi apa dan bagaimana pemenuhan seseorang akan pelayanan kesehatan. Pekembangan zaman menghadirkan sebuah transisi penyakit dalam tinjauan epidemiologi. Menurut Epidemilogi akan terjadi perubahan karakteristik penyakit dari akut menjadi degenarif. Hal ini terjadi karena perubahan pola hidup masyarakat seiring modernisasi.
Modernisasi menjadi kata kunci dalam pelaksanaan promosi kesehatan di masa depan. Budaya dan arus informasi akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan media. Berbagai media baik cetak dan elektronik terus berkembang. Promotor kesehatan harus konsisten dan terus mengasah kemampuan identifikasi masalah dan observasi khalayak sasaran. Sasaran yang berpendidikan tinggi dengan akses informasi yang cepat tentu akan berbeda dengan sasaran yang hanya sedikit pengetahuan dan lemah akan perubahan informasi. Konten informasi yang akan disamapaikan juga berpengaruh pada penanaman pesan. Pesan yang disampaikan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran.
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa di masa depan masyarakat akan lebih kritis dalam menuntut pemenuhan kebutuhan kesehatan. Program promosi kesehatan harus mampu menjalankan tugasnya sebagai program advokasi masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena mereka telah mampu untuk menghubungkan mengenai kebutuhan mereka dalam pemenuhan hak asasi manusia akan kesehatan. Diagram WHO mengenai hubungan kesehatan dengan hak asasi manusia dapat dilihat pada diagram berikut.
Di masa depan, masyarakat akan mengetahui apa yang akan dihadapi pada kondisi lingkungan baik hayati maupun non hayati dengan baik. Pemahaman ini merupakan keadaan yang terjadi karena pesatnya jalur komunikasi Dalam memandang kondisi kesehatan serta risiko yang menyertainya di masa depan, manusia akan menghubungkan kebutuhan kesehatannya melalui sebuah aturan hak kesehatan yang tergambar dalam diagram WHO di atas. Salah satu kategori yang penting adalah mengenai promosi dalam penegakkan hak asasi manusia melalui pengembangan kesehatan.
Sudah jelas dalam kategori ini disebutkan bahwa dalam pemenuhan kesehatan manusia harus selalu diperhatikan mengenai pemenuhan :
• Hak partisipasi
Seseorang punya hak untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan kesehatannnya, apa yang harus dilakukan dalam menjaga kesehatannya dan melakukan berbagai upaya untuk memelihara kesehatannya dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri.
• Kebebasan dari diskriminasi
Provider kesehatan tidak boleh membedakan konsumen kesehatan sesuai kelompok ras, agama maupun suku. Semua orang berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang sama. Namun dalam menjalankan tugasnya, provider kesehatan juga tidak diperbolehkan untuk menyamaratakan semua kasus kesehatan tanpa identifikasi masalah yang cermat.
• Hak untuk memperoleh informasi
Baik provider maupun konsumen pelayanan kesehatan harus dijamin kemudahan memperoleh informasi. Pengetahuan yang didapat ini dijadikan modal awal dalam penentuan status kesehatan. Status kesehatan akan dijadikan dasar dalam berpartisipasi aktif saat pembentukan ketahanan kesehatan masyarakat.
• Hak privacy
Kerahasiaan status kesehatan seseorang harus dijamin. Provider tidak boleh mengumbar berita mengenai kesehatan konsumennya dengan alasan apapun kecuali dengan izin konsumen. Hal ini penting karena dikhawatirkan status kesehatan seseorang dapat mempengaruhi kehidupan sosialnya.
Kategori ini menunjukan bahwa promosi kesehatan di masa depan tidak hanya mengarah pada pemberdayaan masyarakat secara biomedis, fisik dan financial namun lebih pada penguatan mindstream bahwa dalam pengupayaan kesehatan juga harus dilandasi dengan kemampuan dalam menjaga keadaan kesehatan dalam konteks hukum serta social.
Jelas bahwa paradigma sehat sebagai sebuah konsep pemikiran, tidak hanya dapat dicapai dalam pendampingan dan pemberdayaan oleh tenaga/ahli kesehatan atau kedokteran saja. Paradigma sehat merupakan konsep pemikiran yang dalam pelaksanaanya juga diperlukan banyak disiplin keilmuan, ahli ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan budaya, ilmu-ilmu teknik. ilmu gizi, ilmu-ilmu perilaku, ilmu-ilmu agama, dan tidak kalah penting, yaitu pengambil keputusan politik pembangunan negara dan wilayah/daerah.
‘Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan hak asasi manusia’
(Farid Anfasa Moeloek, 2003)
Pembangunan yang tidak mengindahkan dampak positif dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, kesehatan lingkungan, kesehatan sosial, dan kesehatan budaya merupakan bentuk dari pelanggaran hak asasi manusia.
Pemberdayaan masyarakat, kerjasama lintas sektor dengan sistem-sistemnya yang
terintegrasi, dan profesionalisme merupakan kata-kata kunci dalam perwujudan Paradigma Sehat menuju Indonesia Sehat 2010. Sebagai paradigma, dan juga sebagai pengawal (the gardians) dari kesehatan individu, kesehatan keluarga, dan kesehatan masyarakat, ketiga kata kunci ini terangkum dalam Promosi Kesehatan.
2.3. Promosi Kesehatan yang Ideal di Masa Depan
Meninjau dari berbagai kebutuhan kesehatan masyarakat di masa depan, promosi kesehatan yang tetap mengoptimalkan advokasi, social support, dan bina suasana tetap menjadi andalan. Di masa depan, ketiga usaha itu akan lebih baik jika tidak hanya mempromosikan mengenai aspek biomedis saja. Masyarakat harus lebih sadar mengenai pemahaman tentang hak kesehatan manusia. Ketika mereka telah paham maka pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan hak kesehatan bagi seluruh umat manusia dapat terpenuhi. Hak kesehatan yang telah terpenuhi dengan sendirinya membawa derajat kesehatan manusia pada titik yang optimal.
Program Indonesia Sehat 2010 juga perlu menyadarkan masyarkat agar keberadaan hak kesehatan yang dimilki setiap warganegara dapat mereka penuhi dengan usaha sendiri. Promosi kesehatan biomedis yang diperkuat dengan promosi kesehatan tentang hak hukum akan kesehatan tentu memperkuat pembangunan yang berwawasan kesehatan. Dengan pemberdayaan masyarakat pada sector hukum ini, menjadikan visi Indonesia Sehat 2010 mencakup dua aspek penting kehidupan, 1) aspek biologis yakni bagaiman tindakan nyata manusia dalam menjaga kesehatan dengan kemampuannya sendiri dan 2) aspek hukum bagaimana manusia itu menyadari tentang pentingnya pemenuhan hak kesehatan bagi diri mereka sehingga dengan kesadaran pribadi akan melakukan tindakan menuju Indonesia Sehat 2010.
Promosi kesehatan yang memiliki sasaran untuk menciptakan perilaku hidup bersih sehat dan terwujudnya posyandu aktif pada 2010, juga terus dapat diraih dengan strategi dasar yang telah dirumuskan. Pada tahap ini, pemberdayaan masyrakat tentang pengetahuan hak kesehatan akan lebih menyadarkan mereka akan pemenuhan hak yang menuntut untuk segera dipenuhi. Dengan begitu mereka dengan kemauan sendiri melakukan upaya kesehatan. Peran inilah yang diperoleh ketika masyarakat telah mampu memberdayakan pemahaman tentang pemenuhan hak kesehatan.
BAB III
SIMPULAN
1. Masa depan promosi kesehatan harus mencakup aspek biomedik, yakni penguatan dan pemberdayaan masyarakat agar dapat menjalankan program kesehatan dengan kemampuan sendiri, namun juga pada aspek pemberdayaan pemahaman agar kemauan seseorang untuk hidup sehat dapat muncul atas inisiatif pribadi.
2. Grand strategy dalam promosi kesehatan Indonesia harus bertumpu pada Program Indonesia Sehat 2010 demi suksesnya pembangunan nasional berlandaskan kesehatan.
3. Strategi penyampaian pesan dan konten pesan harus disesuaikan dengan perkembanagn zaman yang terus mengalami perubahan di bidang teknologi informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Moeloek, Farid Anfasa. 2003. Hak Untuk Hidup Sehat (Paradigma Sehat). Jakarta : Yayasan Penerbitan IDI.
Muninjaya, A. A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.
Rivin, Beth E..2003. Why Health and Human Rights are Important. Jakarta : Yayasan Penerbitan IDI.
Saenun MS. 2007. Buku Ajar PKIP. Surabaya : Laboratarium AVA dan Media Informatika Kesehatan Departemen PKIP FKM UNAIR.
Slamet, Juli Soemirat. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sparks, Michael. 2005. A Health Promotion Conference Reflecting on the Past and Creating a Vision for the Future. Canberra : AHPA Publisher.
nice perspektif. sudi kiranya berkunjung ke:
BalasHapusdarimakassar.blogspot.co.id/2017/07/masa-depan-promosi-kesehatan.html